Langsung ke konten utama

Olympo (2025): Elite, Estetika, Eksploitasi?

Pernah nggak sih  kamu ngerasa capek banget ngejar sesuatu? Tapi semakin kamu kejar, kamu justru semakin kehilangan diri sendiri? Bayangin kalau yang kamu kejar itu medali, dan yang kamu jual adalah jiwa serta tubuhmu sendiri...

Seperti itu kira-kira gambaran umum dari serial televisi Netflix yang berjumlah 8 episode ini. Bercerita mengenai kehidupan para atlet elite, di mana kekuatan, kecepatan, dan penampilan bukan lagi pilihan, melainkan sebuah tuntutan yang harus mereka penuhi.

Netflix Media Center (press release “Olympo Arrives on Netflix”)

Cerita berpusat di Pirineos Center of High Performance (yang selanjutnya akan disebut sebagai HPC) akademi olahraga elit di Spanyol yang dikenal sebagai tempat pembinaan paling ambisius di benua Eropa. 

Tapi sserial ini bukan membahas mengenai semangat sportivitas klise. Di balik latihan ekstrem, ada misi lain: menjadikan mereka wajah-wajah yang layak dijual. Di balik drama semua itu berdiri, Olympo, merek raksasa yang lebih peduli pada tubuh yang laku dan citra yang bersinar, ketimbang pencapaian para atlet.

Konflik dimulai ketika Amaia (diperankan oleh Clara Galle) mulai mencurigai salah satu rekannya menggunakan doping. Seiring Amaia terus menggali, ia mulai menyadari bahwa masalahnya jauh lebih besar dari sekadar satu atlet. Ternyata, beberapa atlet lain juga terlibat dalam praktik doping yang didukung oleh beberapa staf di HPC. Bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan membuat Amaia yakin bahwa ini bukan hanya kecurigaan pribadi, melainkan sebuah praktik ilegal yang melibatkan banyak pihak dan harus segera diungkap agar tidak semakin banyak yang dirugikan.

Ia mengambil langkah berani dengan menghubungi pihak anti-doping demi memastikan bahwa kasus ini benar-benar diusut sampai tuntas. Keputusannya ini memicu gelombang konflik yang lebih besar di HPC, di mana pihak Olympo dan staf akademi HPC berusaha menutupi masalah tersebut demi menjaga citra mereka.

Namun, ketika pihak anti-doping mulai melakukan penyelidikan, beberapa teman Amaia yang ternyata terlibat dalam penggunaan doping langsung didiskualifikasi dari kompetisi. Hal ini membuat suasana di antara para atlet menjadi sangat tegang. Teman-teman Amaia yang tidak terlibat pun mulai memandangnya dengan kemarahan dan kekecewaan, menganggap Amaia sebagai penyebab hilangnya kesempatan mereka dan rusaknya reputasi tim. Di mata mereka, Amaia lah yang menghancurkan segalanya.

Tepat saat teman-temannya mulai percaya padanya, Amaia malah membuat keputusan paling mengejutkan.


-


Olympo hadir dengan tema yang cukup berani membahas mengenai sisi gelap dunia olahraga elit, mulai dari tekanan sponsor, ambisi pribadi, hingga praktik ilegal yang dibungkus rapat demi pencitraan. Karakter Amaia ditulis dengan kompleks serta menarik. Namun, beberapa karakter sampingan terasa kurang tergali, entah karena keterbatasan durasi atau justru sebagai cerminan krisis identitas khas remaja. Di sisi lain, representasi karakter queer dalam lingkungan maskulin yang keras, penuh tekanan dan toxic masculinity, juga menjadi salah satu elemen yang cukup menarik. Apalagi, salah satu karakter tersebut diperankan oleh Agustín Della Corte, mantan atlet rugby sungguhan, yang menambah kedalaman pada perannya. Sayangnya, menurut saya, cukup banyak adegan nudity maupun filler drama romantis yang terasa tidak terlalu perlu dan justru terlalu mendominasi, sehingga fokus utama mengenai isu doping malah menjadi kabur. Bagi kalian yang mencari drama emosional dan cerita dengan lapisan moral abu-abu, Olympo jelas patut dipertimbangkan.


Penulis : Aisya Qaterina

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

How to Train Your Dragon: Review Live-Action (2025)

Pernahkah kamu merasa terasing karena berbeda? Atau mungkin, merasa tidak cukup kuat untuk memenuhi harapan orang lain?        Film ini mengisahkan Hiccup, seorang pemuda Viking yang cerdas namun sering merasa tertekan oleh ayahnya, Stoick, kepala desa dan pemimpin yang mengharapkan Hiccup menjadi prajurit kuat seperti dirinya. Konflik utama muncul dari perbedaan pandangan antara Hiccup dan ayahnya tentang cara menghadapi para naga yang selama ini dianggap musuh.      Setelah berhasil menembak jatuh seekor naga Night Fury, Hiccup memilih untuk merawatnya dan menjalin ikatan unik dengan naga itu, yang akhirnya ia beri nama Toothless. Hubungan ini menentang keyakinan Stoick dan memicu ketegangan antara ayah dan anak, sekaligus menjadi awal perubahan besar bagi desa mereka.        Versi live-action How to Train Your Dragon (2025) menampilkan sinematografi mereplikasi adegan-adegan ikonik dari versi animasinya di tahun 2010. Sutradara...

Review The Substance (2024)

Pernahkan kalian berkeinginan untuk menjadi orang lain yang kalian anggap lebih rupawan dan berusia jauh lebih muda dari kalian? Pernahkan kalian merasa iri dengan mereka yang terlahir dengan wajah rupawan dan tidak memerlukan effort lebih untuk berdandan? Yup, kurang lebih seperti ini gambaran singkat mengenai konflik awal dalam film The Substance .    @7th Art, at pinterest The Substance sendiri merupakan film horror psikologis garapan sutradara asal Perancis, Coralie Fargeat yang dirilis pada tahun 2024. Pemeran dalam film ini juga tidak kalah menarik, mulai dari Demi Moore,  Margaret Qualley, Dennis Quaid, dan masih banyak lagi. Film ini mengisahkan mengenai Elizabeth (diperankan oleh  Demi Moore) seorang olahragawati yang programnya selalu ditayangkan dalam TV merasa dirinya sudah tidak layak lagi untuk bekerja lagi. Pekerjaan ini mengharuskannya tetap cantik, muda, dan bersemangat. Sementara Elizabeth yang sudah mulai menua merasa karirnya sedang dalam an...