Pernah nggak sih kamu ngerasa capek banget ngejar sesuatu? Tapi semakin kamu kejar, kamu justru semakin kehilangan diri sendiri? Bayangin kalau yang kamu kejar itu medali, dan yang kamu jual adalah jiwa serta tubuhmu sendiri...
Seperti itu kira-kira gambaran umum dari serial televisi Netflix yang berjumlah 8 episode ini. Bercerita mengenai kehidupan para atlet elite, di mana kekuatan, kecepatan, dan penampilan bukan lagi pilihan, melainkan sebuah tuntutan yang harus mereka penuhi.

Cerita berpusat di Pirineos Center of High Performance (yang selanjutnya akan disebut sebagai HPC) akademi olahraga elit di Spanyol yang dikenal sebagai tempat pembinaan paling ambisius di benua Eropa.
Tapi sserial ini bukan membahas mengenai semangat sportivitas klise. Di balik latihan ekstrem, ada misi lain: menjadikan mereka wajah-wajah yang layak dijual. Di balik drama semua itu berdiri, Olympo, merek raksasa yang lebih peduli pada tubuh yang laku dan citra yang bersinar, ketimbang pencapaian para atlet.
Konflik dimulai ketika Amaia (diperankan oleh Clara Galle) mulai mencurigai salah satu rekannya menggunakan doping. Seiring Amaia terus menggali, ia mulai menyadari bahwa masalahnya jauh lebih besar dari sekadar satu atlet. Ternyata, beberapa atlet lain juga terlibat dalam praktik doping yang didukung oleh beberapa staf di HPC. Bukti-bukti yang berhasil dikumpulkan membuat Amaia yakin bahwa ini bukan hanya kecurigaan pribadi, melainkan sebuah praktik ilegal yang melibatkan banyak pihak dan harus segera diungkap agar tidak semakin banyak yang dirugikan.
Ia mengambil langkah berani dengan menghubungi pihak anti-doping demi memastikan bahwa kasus ini benar-benar diusut sampai tuntas. Keputusannya ini memicu gelombang konflik yang lebih besar di HPC, di mana pihak Olympo dan staf akademi HPC berusaha menutupi masalah tersebut demi menjaga citra mereka.
Namun, ketika pihak anti-doping mulai melakukan penyelidikan, beberapa teman Amaia yang ternyata terlibat dalam penggunaan doping langsung didiskualifikasi dari kompetisi. Hal ini membuat suasana di antara para atlet menjadi sangat tegang. Teman-teman Amaia yang tidak terlibat pun mulai memandangnya dengan kemarahan dan kekecewaan, menganggap Amaia sebagai penyebab hilangnya kesempatan mereka dan rusaknya reputasi tim. Di mata mereka, Amaia lah yang menghancurkan segalanya.
Tepat saat teman-temannya mulai percaya padanya, Amaia malah membuat keputusan paling mengejutkan.
-
Olympo hadir dengan tema yang cukup berani membahas mengenai sisi gelap dunia olahraga elit, mulai dari tekanan sponsor, ambisi pribadi, hingga praktik ilegal yang dibungkus rapat demi pencitraan. Karakter Amaia ditulis dengan kompleks serta menarik. Namun, beberapa karakter sampingan terasa kurang tergali, entah karena keterbatasan durasi atau justru sebagai cerminan krisis identitas khas remaja. Di sisi lain, representasi karakter queer dalam lingkungan maskulin yang keras, penuh tekanan dan toxic masculinity, juga menjadi salah satu elemen yang cukup menarik. Apalagi, salah satu karakter tersebut diperankan oleh Agustín Della Corte, mantan atlet rugby sungguhan, yang menambah kedalaman pada perannya. Sayangnya, menurut saya, cukup banyak adegan nudity maupun filler drama romantis yang terasa tidak terlalu perlu dan justru terlalu mendominasi, sehingga fokus utama mengenai isu doping malah menjadi kabur. Bagi kalian yang mencari drama emosional dan cerita dengan lapisan moral abu-abu, Olympo jelas patut dipertimbangkan.
Penulis : Aisya Qaterina

nice review, otw nonton si inii!
BalasHapuskerenn, jadi tertarik buat nonton deh
BalasHapusBagus tp filmnya
BalasHapusOtw nontonnn 😍
BalasHapus